Minggu, 11 September 2011

Kelana Jagad


Aku adalah anak pertama dikeluargaku, sulung kalau orang menyebutnya. Bapakku asli Jawa sedang ibuku orang Padang, bapak bertemu ibu saat merantau di Sumatra. Aku terlahir di Sumatera, jauh dari kampung halaman bapakku. Saat itu bapakku sedang berkelana, mungkin karena itu aku dinamakan Kelana Jagat. Kelana artinya pengembara dan jagat artinya dunia. Masa kecilku kurang bahagia, aku harus membantu bapakku berdagang dari tempat satu ke tempat yang lain, sedang ibuku menjaga rumah. Bapakku berdagang apa saja yang bisa di jual asal halal. Mungkin dari situlah aku menjadi belajar menjadi seorang laki – laki.

Aku bersekolah di Padang hanya semasa SD, semasa SMP aku di titipkan di Jogja, di tempat pakdhe karena bapakku sedang bangkrut usahanya. Masa SMU kuhabiskan di Semarang, ada STM yang cukup terkenal disana, berlanjut ke masa kuliahku, aku di suruh bapak kembali ke Solo, menemani simbah. Kampung halaman bapak yang belum pernah aku jamah, episode pengembaraanku yang baru. “Solo The Spirit Of Me”, mungkin jargon itu lebih cocok aku sematkan dalam diriku. Selama di Solo aku belajar banyak hal, tentang prinsip, kebersamaan dan keluarga dan tujuan hidup.

Suatu saat aku pulang ke Solo naik bis, selepas magang di Jepara selama 4 bulan. Aku kecopetan, padahal harus pulang ke Jebres. Simbah menantiku. Ku coba sms teman – teman kuliahku namun tidak ada satupun yang merespon. Hujan lebat membasahi tanah Tirtonardi. Aku duduk di bangku tunggu, sambil melihat hujan. Hobiku semasa kecil.
Kulihat orang lalu - lalang berlarian di luaran sana, ada penumpang ataupun para ojek motor dan paying yang menawarkan jasanya. Aku duduk setengah melamun, memandangi seorang bapak yang terus – terusan menawarkan jasanya kepada setiap orang yang lewat.
“Ojeg mas, ojeg pak” sapanya.
Tanpa memperdulikan air hujan yang terus menerpanya. Ya, senja sedang didera hujan yang sangat hebat. Bohong bila derasnya hujan tidak membuatnya beku dan kedinginan, tapi kiranya tanggungjawab seorang laki – laki lah yang memberinya kekuatan. Sesaat aku tersentak, kembali berdiri diatas kakiku, tersadar dari lamunan sesaat, ketika tiba - tiba ku dengar desahan dari bapak itu.
“Hah, ademe!” katanya sambil tersenyum kepadaku.
Tak sedikitpn keputus asaan di wajahnya, meskipun bibirnya mulai pucat dan beku dengan tubuh yang terus mengggil kedingginan. Aku pun mengangguk dan tersenyum, membalas sapanya sambil ku usap kedua telapak tanganku di pipiku berkali – kali. Mengusir dingin yang tak juga mau beranjak dari sekitarku. Aku berfikir, seorang laki – laki memang harus seperti itu. Tak penah terkalahkan keadaan, tak juga berputus asa. Hujan pun reda di tengah malam, aku sudah tidak punya uang, aku berjalan menyusuri jalanan. Pulang.

Aku menyudahi kuliahku hanya dua tahun kuliah di Solo, sekarang aku menekuni dunia yang dulu tidak pernah aku bayangkan bisa berada di dalamya, aku menjadi penulis. Pekerjaan yang sebelumnya hanya sekdar hobi dan main - main. Yah, aku ingin menjadi seorang yang bebas, aku menjadi Tuhan atas karyaku. Aku bebas, aku bisa berkelana di mana saja , kapan saja , dan dengan siapa saja.
Kini, aku adalah seorang petualang dunia, aku orang yang bebas meski tetap beraturan. Aku berpetualang dari satu tempat ke tempat lain. Aku adalah Kelana Jagat.

*My Ideal Soul, I Want To Be You
Kota Daun, 12 September 2011 / 13 Syawal 2432 H

0 komentar:

Posting Komentar

    Blogger news

    Blogroll

    About