Malam tadi saya di undang untuk memenuhi tasyakuran pindahan rumah. Ada tetangga baru yang mukim di lingkungan RT saya. Orang Padang. Keren kan?
Seperti kebiasaan, kalau tasyakuran ya bawa oleh – oleh kerdus berisi nasi dan kawan – kawannya. Ajib! bisanya berkatan dibagikan setelah acara sambutan – sambutan para sesepuh. Setalah berkatan dibagikan ternyata tidak langsung pulang, ada acara ramah tamah dengan keluarga. Di sela – sela itu munculah piring – piring indah yang di atasnya ada snack –snack yang mempesona. Ah senangnya, cemilan datang. Namun kemudian piring – piring itu dilanjut dengan gelas – gelas, tapi bukan minum. Uh, benda yang ku benci. Rokok!. Tua, muda berebut mengambilnya, menyulutnya, menghisapnya. Sampai mati. Apa enaknya? Huh!
Suasana menjadi seperti di puncak gunung di waktu turun kabut, penuh dengan kabut asap. Atau mungkin voging untuk nyamuk malaria, tappi saya lebih suka menyebutnya seperti rapat PKI. Jadi teringat filem PKI dulu. Di adegan itu, kalau sedang rapat anggota PKI pasti di shoot sambilk merokok, sehingga cum mulut hhitam dan asapnya saja yang keliahatan, persis seperti saat kejadian tadi. PLEK!. Sudah selayaknya saya umpamakan dengan adegan rapat PKI di film GESTAPU dulu dengan kejadian tasyakuran, kebangeten? Hadeh (tepok jidad, klotak). zero tolerance, bener bener deh! sampingnya jadi korban perokok pasif. Egois. Waktu menunjukna pukul 8 malam, dan acara etalhdi bubuarkan. Alhamduliuillah “Rpat Pki” selesai. Kabut asap muali terpendar evek voging sudah tidak begitu meyakitkan. Nyamuk – nyamuk mati!!! Dan aku masih terbatuk – batuk, bukan karena aku tua. Selamat.
**************
Kejadian berikutnya, masih dengan maslaah kecil beracun. Sempat otak warasku serasa hilang ketika aku berada di warung angkringan milik temanku, saat itu ada keponakanku dengan temannya yang sedang asyik di pojok warung. Sedang aku dan temanku berada tak jauh dari warung itu. Sama – sama menikmati hidangan angkringan. Temanku si penjual datang dengan membawa “amunisi” baru, ada milo kesukaanku, jajan lain dan sebagainya. Tak lupa dengan rokok. Tak lama dia membawa bungkusan rokok dan dipamerkan kepada ponakanku,
“ Liat ini, ini liat” kata temanku sambil melambaikan bungkusan rokoknya.
Akupun berceloteh,”Eh, anak kecil jangan ditawarin rokok, gak baik tahu,” dan temanku cuma tertawa.
Setelah itu celotehanku bersambut oleh celotehannya.
“Merokok itu bisa menggagalkan kejahatan lho,” sahutnya sambil mengaduk – aduk the manis pesanan pelanggan.
Entah apa yang aku pikirkan saat itu tiba – tiba aku tanggapi celotehan temenku tersebut dengan syara lantang.
“Ngerokok marai pekok!” dengan santainya ucapan terlontar begitu saja.
Sesaat setelahnya aku tetap memasang tampang tak berdosa, tetap asyik ngobrol dengan temanku yang juga sedang menghisap rokoknya. Kedul!bush!! asap putih membumbung tinggi!. Saya tidak memperdulikan hasil polah saya ngomong bergitu tadi, entah mereka tersinggung atau tidak. Tapi dari pengamatan sekilas saya, tapi paling tidak 90% peserta nongrong di warung itu adalah perokok dan sedang aktif merokok juga. Termasuk teman di sampingku saat itu. Yassalam. Alhamdulillah masih dilindungi Alloh. Walaupun mungkin aku di cibir secara diem - diam. Terserah kalian!.
Tidak tahu kenapa ill feel saja, melihat perokok padahal dulu enjoy menjadi bagian darinya. maaf kalau tersinggung.
“Mbak Nita Maafkan ya, bila kata – kataku di warung kucing mu tadi malam ada yang melukai pelangganmu yang “ahlul udud” semoga tidak dimasukkan dalam hati”
Namun sekali lahi, bukan berarti saya mendiskriditkan para perokok, ini Cuma secuil curahat hati saya. Kalau bahasa gaulnya MELACUR (melakukan curhat), lho? berarti saya PELACUR donk!!(pelaku curhat.. hehehe), ah hanya istilah.
Demikian grundelan saya, mohon maaf kalau ada kata – kata yang tidak berkenan, ^0^
Kota Daun, Menuju Tengah Malam.
Kamis, 15 September 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
kucingan nita menjadi saksi
BalasHapusyupz...setuja..ndak suka banget sama perokok. apalagi kalo di deket orang ngerokok..mendingan pergi jauh2 deh...:D
BalasHapushooho....
BalasHapus